dbo:abstract
|
- Ukončování využívání fosilních paliv znamená postupné omezování využívání, těžby a výroby fosilních paliv až na nulu. Je součástí probíhajícího přechodu na obnovitelné zdroje energie. Od začátku 21. století probíhá úsilí o postupné vyřazování fosilních paliv což zahrnuje nahrazování fosilních paliv udržitelnými zdroji energie v odvětvích, jako je doprava a vytápění. Mezi alternativy fosilních paliv v dopravě patří elektromobilita, zelený vodík a letecká biopaliva. Politiky postupného omezování zahrnují jak omezení na straně poptávky, tak na straně nabídky, zatímco přístupy na straně poptávky usilují o snížení spotřeby fosilních paliv, iniciativy na straně nabídky se snaží omezit výrobu tak, aby se urychlilo tempo energetické transformace a snižování emisí. (cs)
- التخلص التدريجي من الوقود الأحفوري هو التخفيض التدريجي لاستخدام الوقود الأحفوري إلى الصفر. تتضمّن الجهود الحالية في مجال التخلص التدريجي من الوقود الأحفوري استبدال مصادر الطاقة البديلة بالوقود الأحفوري في قطاعات مثل النقل والتدفئة والصناعة. (ar)
- Fossil fuel phase-out is the gradual reduction of the use and production of fossil fuels to zero.It is part of the ongoing renewable energy transition. Current efforts in fossil fuel phase-out involve replacing fossil fuels with sustainable energy sources in sectors such as transport and heating. Alternatives to fossil fuels include electrification, green hydrogen and biofuel. Phase-out policies include both demand-side and supply-side constraints. Whereas demand-side approaches seek to reduce fossil-fuel consumption, supply-side initiatives seek to constraint production to accelerate the pace of energy transition and reduction in emissions. (en)
- El abandono de los combustibles fósiles es el proceso gradual de acabar con ese tipo de energías, a través del cierre de las centrales térmicas (de carbón, combustible o gas natural) que funcionan mediante ellos, la prohibición de que se construyan otras nuevas y el uso de energía alternativa para reemplazar a los combustibles fósiles. En este proceso, la automoción juega un papel determinante al igual que lo pueden ser sistemas de transporte público eficientes y suficientes. El propósito del abandono de los combustibles fósiles es reducir las externalidades negativas de su utilización. Las externalidades negativas de una determinada actividad son los costes que deben soportar personas que no escogieron incurrir en ellos. Una externalidad negativa directa de los combustibles fósiles es la contaminación atmosférica, y una indirecta son los , consecuencia indeseada de su extracción. Al usarse, los combustibles fósiles emiten gases de efecto invernadero, contribuyendo así al calentamiento mundial. En el caso de América Latina, puede resultar adecuado tomar en consideración las diferencias existentes en la economía de cada país de la región. En México, el gas natural que se produce principalmente en el sureste del país, se quema en gigantescas antorchas y no se aprovecha al cien por ciento debido a la falta de inversión en infraestructura para beneficio. (es)
- Penghapusan Bertahap Bahan Bakar Fosil adalah sebuah aksi tindakan menghentikan aktifitas penggunanaan sumber energi fosil secara bertahap hingga berhenti total. Penghapusan bertahap bahan bakar fosil ini mulai muncul dikampanyekan merujuk Kesepakatan Paris (Paris Agreement) yang dihasilkan dalam Confrence of Parties (COP) 21 di Paris pada 2015 untuk mengurangi terjadinya laju pemansan global. Sebelumnya terdapat silang pendapat mengenai isu penghapusan bertahap bahan bakar fosil diduga oleh mulai menipisnya ketersediaan energi fosil dunia dan ketakutan akan isu polusi namun sebagian besar analis bersepakat isu penghapusan bertahap bahan bakar fosil penting dilakukan guna menjaga sumberdaya dan menekan buruknya laju polusi, pemanasan global yang memicu perubahan iklim. Bahan bakar fosil terbentuk dari endapan mahluk hidup jutaan tahun lalu. Bahan bakar fosil merupakan sumberdaya yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat bumi saat ini, penggunaannya menghasilkan dampak carbon. Adapun bahan bakar fosil meliputi batubara, minyak bumi dan gas alam. Saat ini konsumsi bahan bakar fosil dunia mencapai 82 persen menurut International Energy Agency (IEA) atau Badan Energi Internasional. Tingginya penggunaan energi fosil menurut IEA dapat memicu suhu bumi merangkak menyentuh 3,6 derajat celcius bila tanpa ada langkah antisipasi, seperti mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Wacana Penghapusan bertahap bahan bakar fosil dunia muncul berkat laporan para peneliti iklim terkemuka di dunia yang tergabung dalam Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC). Ratusan peneliti itu berkesimpulan bahwa kenaikan suhu bumi maksimal harus di bawah 1,5 derajat celcius. Para ahli menemukan pada 2016 terdapat 52 gigaton emisi Gas Rumah Kaca (GRK)/52 GtCO2e akan mencapai 58 gigaton pada 2030. Untuk memenuhi target menahan suhu pada 1,5 derajat celcius diperlukan usaha maksimal untuk mengurangi GRK. Jumlah itu harus dikurangi rata-rata per tahun sekitar 25-35 gigaton GRK. Perilaku manusia dan pendekatan teknologi diperlukan untuk memenuhi target ambisius tersebut. Salah satunya dengan cara mengurangi penggunaan energi fosil dan memperbanyak penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti tenaga matahari, angin, dan sejenisnya. Setidaknya 85 persen EBT hingga 2050. untuk tetap memenuhi target 1,5 derajat celcius pada suhu bumi. Pembahasan Penggunaan energi fosil atau disebut juga sebagai energi kotor dianggap membahayakan manusia dan mahluk hidup lainnya. Greenpeace menyebutkan sebagai contoh PLTU batubara yang dianggap sebagai pembunuh senyap. PLTU Batubara mengotori udara kita dengan polutan beracun, termasuk merkuri, timbal, arsenik, kadmiun dan partikel halus namun beracun, yang telah menyusup ke dalam paru-paru masyarakat. Menurut Greenpeace dalam penelitian bersama Universitas Harvard pada tahun 2015 terdapat 3 juta manusia di dunia mengalami kematian dini akibat pembakaran batubara untuk tenaga listrik. Di Indonesia kematian dini itu mencapai 6,500 jiwa per tahun. Sebuah studi di Universitas Tsinghua di Cina, Universitas California, Lembaga Ilmu Pengetahuan Carnegie, dan Pemantau Energi Global di Amerika Serikat menemukan dampak emisi karbon dari pembangkit dan proyek energi bahan bakar fosil. Penelitian menyebutkan bila semua PLTU batubara di dunia terus beroperasi maka target menahan suhu bumi pada 1,5 derajat celcius akan gagal. Dalam studi disebutkan pada 2018 terdapat 1.579 gigawat (GW) dari PLTU batubara, 583 kapasitas pembangkit berbahan bakar minyak dan 40 GW diusulkan untuk dibangun selama beberapa tahun ke depan. Dampaknya, jika infrastruktur bahan bakar fosil yang ada di seluruh dunia terus beroperasi akan menghasilkan sekitar 658 gigaton (Gt) CO2. Penggunaan secara tak terkontrol bahan bakar fosil tidak saja menyasar kesehatan masyarakat dunia namun juga mengakibatkan ke banyak hal. Menghangatnya suhu laut dunia berdampak pada gelombang kuat yang mengancam masyarakat pesisir dengan naiknya permukaan laut dan tingginya intensitas badai. Dampak pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim yang banyak menyasar seluruh kehidupan masyarakat dunia. Abrasi parah dan akut juga menghantui kawasan pesisir wilayah barat pada Pulau Sumatera yang menghadap langsung pada Samudera Hindia dalam satu tahun tidak kurang dari 1,5 meter daratan tergerus akibat naiknya permukaan air laut. Lebih jauh di Provinsi Bengkulu sebagai contoh dalam riset yang dilakukan Woman Crisis Center (WCC) Cahaya Perempuan, Bengkulu, pada 2040 terdapat 20 desa diprediksi akan hilang akibat tergerus oleh abrasi dan naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global. KTT Perubahan Iklim ke 21 di Paris, Prancis mengeluarkan Kesepakatan Paris (Paris Agreement), menyetujui kesepakatan pembatasan dan atau penggunaan sumber energi berbahan fosil secara bertahap untuk menekan terjadinya pemanasan global. Kesepakatan tersebut harus diikuti oleh seluruh negara dunia, swasta dan lainnya. Langkah cepat pertama kali dilakukan Irlandia dengan menarik semua investasi di semua perusahaan berbahan bakar fosil, Pemerintah Irlandia menyebutkan eksplorasi berlebihan bahan bakar fosil adalah "salah secara moral", dan berisiko memperburuk masa depan ekonomi yang terkait dengan ancaman perubahan iklim. Di Asia perubahan kebijakan dari energi fosil menuju EBT perlahan mulai dilakukan investasi di bidang EBT mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan meski minyak dan gas masih menjadi primadona di tengah tumbuhnya perekonomian di Benua Asia. Salah satu negara yang paling banyak menyumbang investasi EBT adalah China di mana seperempatnya berasal dari China. Secara keseluruhan China, India dan Asia Tenggar menyumbang 40 persen investasi EBT di Benua Asia. Lebih jauh disebutkan kebijakan EBT di China dan Amerika Serikat dapat mengurangi permintaan bahan bakar fosil mencapai 12 persen pada 2040 secara global. Kontribusi Uni Eropa terhadap penghapusan bertahap bahan bakar fosil juga terlihat dalam Paket Iklim dan Energi Uni Eropa. Transfer pengetahuan, teknologi dan dana juga digelontorkan oleh Uni Eropa terhadap negara dunia berkembang dalam memerangi laju perubahan iklim dan pemanasan global. Pemerintah Indonesia misalnya membuka diri dengan Uni Eropa dalam kerjasama subsektor energi baru terbarukan. Intensif pembiayaan dan transfer teknologi disertai pengetahuan juga diberikan oleh Uni Eropa pada sejumlah negara berkembang. Kebijakan Indonesia Indonesia merupakan negara keenam penghasil emisi dunia. Indonesia berkomitmen menurunkan emisi sebesar 29 persen di bawah ambang batas secara mandiri dan 41 persen dengan bantuan internasional dalam beberapa sektor antara lain energi yang melingkupi pembangkit dan transportasi, proses industri, product use dan waste, serta land-use change and forestry (LULUCF) hingga tahun 2030. Penurunan emisi tersebut, dilakukan dengan mengambil langkah di bidang energi berupa pengalihan subsidi BBM ke sektor produktif. Selain itu, Indonesia juga punya target peningkatan penggunaan sumber energi terbarukan hingga 23 persen dari konsumsi energi nasional hingga 2025. Kebijakan sektor energi di Indonesia juga dipengaruhi oleh isu perubahan iklim. Berkaitan dengan langkah mitigasi perubahan iklim, Presiden menyatakan komitmen Indonesia untuk mengurangi GRK sebesar 29 persen dengan pendanaan domestik dan akan ditingkatkan menjadi 41 persen dengan bantuan dana luar negeri dari skenario business as usual(BAU), pada tahun 2020. Sektor energi merupakan salah satu dari sembilan sektor utama yang menjadi sasaran penurunan GRK. Penurunan GRK dari sektor energi diharapkan menyumbang sekitar 5 persen dari target penurunan secara total. Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) sudah disusun, dan menjabarkan langkah-langkah untuk mencapai target tersebut. RAN-GRK sektor energi secara umum meliputi dua hal: mengembangkan dan meningkatkan pemanfaatan sumber energi baru danterbarukan, serta meningkatkan efisiensi energi. Terhadap peningkatan EBT di Indonesia pemerintah membuat Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang bertujuan mengurangi energi fosil dan mengejar target pemenuhan 23 persen EBT di Tanah Air. Saat ini pembangkit di Indonesia memiliki 65,8 ribu MW dari jumlah itu EBT baru mencapai 9 ribu MW atau sekitar 14 persen total pembangkit di Indonesia. Niat Indonesia untuk mengurangi emisi tercermin dalam Intended Nationally Determined Controbution (INDC) merujuk Kesepakatan Paris (Paris Agreement) yang dihasilkan dalam Confrence of Parties (COP) 21 di Paris pada 2015. Sementara itu di bidang otomotif pemerintah memaksa industri otomotif nasional meningkatkan populasi kendaraan rendah emisi guna menekan polusi udara di Indonesia. Target pun dicanangkan, di antaranya melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. Dengan aturan itu, diharapkan 20 persen dari total penjualan kendaraan nasional ramah lingkungan. Penghapusan bertahap bahan bakar fosil di Indonesia juga mengalami tantangan, target menurunkan emisi 29 persen secara mandiri dan dibantu 41 persen oleh internasional terancam dengan pembangunan 35 ribu MW tenaga listrik dari sejumlah PLTU batubara di Indonesia. Pemerintah diminta untuk melakukan revisi terhadap project PLTU batubara yang terbilang sangat bertolak belakangan dengan Kesepakatan Paris yang ikut diratifikasi oleh Indonesia. Tantangan Penghapusan bertahap bahan bakar fosil lalu beralih pada EBT merupakan alternatif dalam penyelamatan bumi dari serangan pemanasan global dan perubahan iklim. Meski demikian bukan berarti langkah EBT tidak mengalami hambatan dan tantangan. Sejumlah negara yang ikut dalam menandatangani Piagam Paris di satu sisi bertindak di luar kesepakatan seperti terus membangun PLTU batubara secara massif, Indonesia misalnya. Amerika Serikat misalnya menarik diri keluar dari Kesepakatan Paris dengan alasan kesepakatan tersebut berpotensi merugikan dan memiskinkan Amerika. Mundurnya Amerika Serikat akan membuat semakin sulit bagi dunia untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh kesepakatan Paris. Amerika Serikat menyumbang sekitar 15 persen emisi karbon global namun juga merupakan sumber keuangan dan teknologi yang penting bagi negara-negara berkembang dalam upaya mengatasi peningkatan temperatur. Meskipun Amerika Serikat menarik diri dari Kesepakatan Paris tidak membuat ratusan negara lain yang telah bersepakat ikut menarik diri. Optimisme akan perbaikan dunia yang lebih baik melalui kesepakatan bersama dalam Paris Agreement tetap menjadi pegangan bersama para pemimpin dunia. Kesimpulan Penghapusan bertahap bahan bakar fosil sesungguhnya telah dilakukan di sejumlah negara dunia ini dinaungi dalam Kesepakatan Paris/Piagam Paris tahun 2015 yang diratifikasi dan diturunkan dalam bentuk kebijakan masing-masing negara. Hal ini merupakan langkah maju yang dilakukan bersama oleh pemimpin dunia guna menekan laju pemanasan global memicu perubahan iklim. Sejumlah kebijakan dilakukan seperti Irlandia menarik semua investasinya pada energi fosil, China, India yang meningkatkan investasi pada EBT. Begitu juga sejumlah negara Uni Eropa ikut menggelontorkan intensif pendanaan dan transfer teknologi serta pengetahuan terutama pada negara berkembang. Contoh penghapusan bertaha[ bahan bakar fosil dilakukan oleh banyak negara di Uni Eropa, ASI, Afrika dan lainnya. Indonesia juga berkomitmen serupa ini terlihat dalam sejumlah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, target ambisius untuk mengurangi karbon 29 persen secara mandiri dan dibantu 41 persen oleh internasional merupakan niatan yang tidak isapan jempol. Sejumlah pembangunan pembangkit listrik berbasis EBT dilakukan, sejumlah pembangunan pembangkit energi EBT yang mangkrak mulai dikerjakan oleh pemerintah guna memenuhi komitmen dunia yang tercatat dalam Paris Agreement. Ke depan Indonesia harus lebih kuat lagi dalam menjalankan penghapusan bertahap bahan bakar fosil dengan menggantungkan sepenuhnya energi pada EBT serta meninggalkan energi fosil. (in)
- La sortie des combustibles fossiles désigne l'abandon progressif des combustibles fossiles dans tous les secteurs où ils sont utilisés : la production d'électricité, le chauffage, les transports et l'industrie. Elle vise à réduire les externalités négatives liées à leur usage, c'est-à-dire les coûts cachés des dommages causés, notamment le changement climatique engendré par les émissions de gaz à effet de serre, la pollution de l'air et les catastrophes résultant de leur exploitation (marées noires par exemple). Elle est également envisagée pour anticiper l'épuisement des gisements. (fr)
- Abandono do carvão é a decisão política de acabar tanto com a extração quanto com o uso do carvão. Os motivos para o abandono do carvão se assemelham aos do abandono do petróleo: proteção ambiental, climática e da saúde (prevenção de danos à saúde pela poluição atmosférica provocada pela queima do carvão). Atualmente o carvão é usado em larga escala para a produção de energia elétrica em usinas termoelétricas, para aquecimento e nas indústrias química, indústria siderúrgica, entre outras. Para alcançar as metas do Acordo de Paris (2015), que consistem em limitar o aquecimento global provocado pelo homem a uma grandeza inferior a 2 °C, o uso do carvão deve ser abandonado em todo o mundo até aproximadamente 2030. Dados de 2015 indicam o carvão como responsável por 40,7 % da mescla de energia ao redor do mundo. (pt)
- De uitfasering van fossiele brandstoffen is een proces dat is ingezet om de huidige op fossiele brandstoffen gebaseerde economieën te veranderen in duurzame economieën. Dergelijke economieën zijn bijvoorbeeld niet op aardolie en olieprijzen gebaseerd en hun energieconsumptie is niet of minder afhankelijk van aardolie. De uitfasering van fossiele brandstoffen is een centraal onderdeel van de energietransitie. (nl)
- Wycofywanie się z użycia paliw kopalnych (ang. Fossil fuel phase-out, też: odejście od paliw kopalnych) – globalny proces stopniowego wycofywania się z korzystania z paliw kopalnych, poprzez m.in. zamykanie lub zapobieganie budowie nowych elektrowni na te paliwa czy eliminowanie paliw kopalnych z transportu, a także podnoszenie efektywności energetycznej i rosnące wykorzystanie odnawialnych źródeł energii w celu zastąpienia nieodnawialnych źródeł energii. Celem odchodzenia od paliw kopalnych jest ograniczenie negatywnych efektów zewnętrznych, które powoduje korzystanie z nieodnawialnych surowców energetycznych. Bezpośrednim negatywnym skutkiem stosowania paliw kopalnych jest m.in. zanieczyszczenie powietrza, a pośredni negatywny wpływ to np. wypadki w kopalniach czy katastrofy górnicze, które mają miejsce podczas ich pozyskiwania. Spalanie paliw kopalnych przyczynia się także do zmian klimatu, co wynika z emisji gazów cieplarnianych. Ważniejsze wydarzenia w obszarze wycofywania się z użycia z paliw kopalnych w 2017 r.:
* październik – odejście od węgla do 2030 r. ogłosiła Holandia,
* październik – pierwszy niemiecki kraj związkowy – Berlin zdecydował się na odejście od węgla do 2030 r.,
* październik – wycofanie się do 2025 r. – Włochy,
* październik – wystartował Powering Past Coal Alliance zainicjowany przez Kanadę i Wielką Brytanię, którego członkami jest 34 państw, miast i regionów oraz 24 organizacji biznesowych i pozarządowych. Cała aktualizowana na bieżąco lista znajduje się na stronach rządowych Wielkiej Brytanii. Firmy deklarujące odejście od paliw kopalnych:
* Ørsted – największe przedsiębiorstwo energetyczna w Danii zdecydowało się zaprzestać używania węgla do 2023 r.,
* – szwedzkie przedsiębiorstwo energetyczne zdecydowało się zaprzestać użycia węgla do 2022 r., co sprawia, że w Szwecji odejście od węgla nastąpi w 2022 r. Szwecja jest jednocześnie sygnatariuszem ,
* włoski holding energetyczny Enel również zadeklarował, że będzie rezygnował z węgla, ale nie podał konkretnej daty,
* hiszpańskie przedsiębiorstwo Iberdrola również zakomunikowało o zamykanio elektrowni węglowych, ale bez podania konkretnej daty,
* Holenderski fundusz inwestycyjny ING zdecydował się na zerwanie wszelkich powiązań z węglem do 2025 r.,
* Axa, trzecie co do wielkości przedsiębiorstwo ubezpieczeniowe na świecie, zdecydowało się na sprzedaż akcji 113 spółek węglowych wartych 2,4 miliarda euro,
* francuskie spółki energetyczne EDF i Engie podpisały Powering Past Coal Alliance, więc teraz muszą ogłosić datę rezygnacji z węgla. (pl)
- 化石燃料淘汰是一個逐步減少使用和倚靠化石燃料的全球性趨勢,其通過開發可再生能源,增加使用電動載具,退役舊的火力發電廠,和停止建設新的火力發電廠。其目的是減少溫室氣體排放,改善目前日益嚴重的氣候變化問題。有關的化石燃料主要包括石油、天然氣、煤,其次還有甲烷氣水包合物和焦油砂。 (zh)
|
rdfs:comment
|
- Ukončování využívání fosilních paliv znamená postupné omezování využívání, těžby a výroby fosilních paliv až na nulu. Je součástí probíhajícího přechodu na obnovitelné zdroje energie. Od začátku 21. století probíhá úsilí o postupné vyřazování fosilních paliv což zahrnuje nahrazování fosilních paliv udržitelnými zdroji energie v odvětvích, jako je doprava a vytápění. Mezi alternativy fosilních paliv v dopravě patří elektromobilita, zelený vodík a letecká biopaliva. Politiky postupného omezování zahrnují jak omezení na straně poptávky, tak na straně nabídky, zatímco přístupy na straně poptávky usilují o snížení spotřeby fosilních paliv, iniciativy na straně nabídky se snaží omezit výrobu tak, aby se urychlilo tempo energetické transformace a snižování emisí. (cs)
- التخلص التدريجي من الوقود الأحفوري هو التخفيض التدريجي لاستخدام الوقود الأحفوري إلى الصفر. تتضمّن الجهود الحالية في مجال التخلص التدريجي من الوقود الأحفوري استبدال مصادر الطاقة البديلة بالوقود الأحفوري في قطاعات مثل النقل والتدفئة والصناعة. (ar)
- Fossil fuel phase-out is the gradual reduction of the use and production of fossil fuels to zero.It is part of the ongoing renewable energy transition. Current efforts in fossil fuel phase-out involve replacing fossil fuels with sustainable energy sources in sectors such as transport and heating. Alternatives to fossil fuels include electrification, green hydrogen and biofuel. Phase-out policies include both demand-side and supply-side constraints. Whereas demand-side approaches seek to reduce fossil-fuel consumption, supply-side initiatives seek to constraint production to accelerate the pace of energy transition and reduction in emissions. (en)
- La sortie des combustibles fossiles désigne l'abandon progressif des combustibles fossiles dans tous les secteurs où ils sont utilisés : la production d'électricité, le chauffage, les transports et l'industrie. Elle vise à réduire les externalités négatives liées à leur usage, c'est-à-dire les coûts cachés des dommages causés, notamment le changement climatique engendré par les émissions de gaz à effet de serre, la pollution de l'air et les catastrophes résultant de leur exploitation (marées noires par exemple). Elle est également envisagée pour anticiper l'épuisement des gisements. (fr)
- De uitfasering van fossiele brandstoffen is een proces dat is ingezet om de huidige op fossiele brandstoffen gebaseerde economieën te veranderen in duurzame economieën. Dergelijke economieën zijn bijvoorbeeld niet op aardolie en olieprijzen gebaseerd en hun energieconsumptie is niet of minder afhankelijk van aardolie. De uitfasering van fossiele brandstoffen is een centraal onderdeel van de energietransitie. (nl)
- 化石燃料淘汰是一個逐步減少使用和倚靠化石燃料的全球性趨勢,其通過開發可再生能源,增加使用電動載具,退役舊的火力發電廠,和停止建設新的火力發電廠。其目的是減少溫室氣體排放,改善目前日益嚴重的氣候變化問題。有關的化石燃料主要包括石油、天然氣、煤,其次還有甲烷氣水包合物和焦油砂。 (zh)
- El abandono de los combustibles fósiles es el proceso gradual de acabar con ese tipo de energías, a través del cierre de las centrales térmicas (de carbón, combustible o gas natural) que funcionan mediante ellos, la prohibición de que se construyan otras nuevas y el uso de energía alternativa para reemplazar a los combustibles fósiles. En este proceso, la automoción juega un papel determinante al igual que lo pueden ser sistemas de transporte público eficientes y suficientes. (es)
- Penghapusan Bertahap Bahan Bakar Fosil adalah sebuah aksi tindakan menghentikan aktifitas penggunanaan sumber energi fosil secara bertahap hingga berhenti total. Penghapusan bertahap bahan bakar fosil ini mulai muncul dikampanyekan merujuk Kesepakatan Paris (Paris Agreement) yang dihasilkan dalam Confrence of Parties (COP) 21 di Paris pada 2015 untuk mengurangi terjadinya laju pemansan global. Sebelumnya terdapat silang pendapat mengenai isu penghapusan bertahap bahan bakar fosil diduga oleh mulai menipisnya ketersediaan energi fosil dunia dan ketakutan akan isu polusi namun sebagian besar analis bersepakat isu penghapusan bertahap bahan bakar fosil penting dilakukan guna menjaga sumberdaya dan menekan buruknya laju polusi, pemanasan global yang memicu perubahan iklim. Bahan bakar fosil te (in)
- Wycofywanie się z użycia paliw kopalnych (ang. Fossil fuel phase-out, też: odejście od paliw kopalnych) – globalny proces stopniowego wycofywania się z korzystania z paliw kopalnych, poprzez m.in. zamykanie lub zapobieganie budowie nowych elektrowni na te paliwa czy eliminowanie paliw kopalnych z transportu, a także podnoszenie efektywności energetycznej i rosnące wykorzystanie odnawialnych źródeł energii w celu zastąpienia nieodnawialnych źródeł energii. Ważniejsze wydarzenia w obszarze wycofywania się z użycia z paliw kopalnych w 2017 r.: Firmy deklarujące odejście od paliw kopalnych: (pl)
- Abandono do carvão é a decisão política de acabar tanto com a extração quanto com o uso do carvão. Os motivos para o abandono do carvão se assemelham aos do abandono do petróleo: proteção ambiental, climática e da saúde (prevenção de danos à saúde pela poluição atmosférica provocada pela queima do carvão). Atualmente o carvão é usado em larga escala para a produção de energia elétrica em usinas termoelétricas, para aquecimento e nas indústrias química, indústria siderúrgica, entre outras. Dados de 2015 indicam o carvão como responsável por 40,7 % da mescla de energia ao redor do mundo. (pt)
|