| dbo:abstract
|
- During his 40-year career, the Indonesian pop singer Chrisye (1949–2007) released 20 studio albums, 2 tribute or cover albums, 2 soundtrack albums, 10 compilation albums, an indie album, and 56 singles. He also recorded the soundtrack to three feature films, acted in two, and released 26 music videos. In 2008 Rolling Stone Indonesia listed five albums to which Chrisye contributed (Badai Pasti Berlalu [1977] at 1, Guruh Gipsy [1976] at 2, Sabda Alam [1978] at 51, Puspa Indah [1980] at 57, and Resesi [1983] at 82) as among the best Indonesian albums of all time. After starting his professional music career as a bass guitarist with the band Sabda Nada (later renamed Gipsy) in the late 1960s, Chrisye released his first album, Guruh Gipsy, in 1976; the indie album was a collaboration between Gipsy and Guruh Sukarnoputra. and saw Chrisye's first single as a singer, "Chopin Larung". The following year, he recorded "Lilin-Lilin Kecil" for the Prambors Radio Teenage Songwriting Competition (Lomba Cipta Lagu Remaja); the single, written by James F. Sundah, became his signature song. Also in 1977 he recorded the soundtrack to Teguh Karya's successful film Badai Pasti Berlalu with Berlian Hutauruk; the film's soundtrack album, released several months later, went on to sell over nine million copies, making it one of the most successful Indonesian albums of all time. During this period he also released the highly unsuccessful Jurang Pemisah with Jockie Soerjoprajogo; Chrisye later described its sales as "warm as chicken shit". The successes of Guruh Gipsy, "Lilin-Lilin Kecil", and Badai Pasti Berlalu led Amin Widjaja of Musica Studios to sign Chrisye; he would stay with the company for the rest of his career. With Musica he released his first solo album, Sabda Alam, which sold well. His next album, Percik Pesona (1979), was a critical and commercial failure, leading Chrisye to stop his work with Jockie. He then began work on Puspa Indah (1980), using mostly songs written by Guruh. For promotion, Chrisye had a cameo in the film Puspa Indah Taman Hati (1979), in which he sang "Galih dan Ratna" and "Gita Cinta". Because Chrisye was disappointed with his only major acting role, in Seindah Rembulan (1980), and the failure of his next album, Pantulan Cita (1981), he took a two-year sabbatical. In 1983 Chrisye, having become inspired by the return of Eros Djarot from Germany, began recording a trilogy of albums with Jockie and Djarot. After the trio disbanded in 1984, Chrisye – after releasing another solo album, Sendiri (1984) – produced three albums with young songwriter Adjie Soetomo; the most successful of these, Aku Cinta Dia (1985) sold over a million copies. This collaboration was followed by three albums arranged by Younky Suwarno: Jumpa Pertama (1988), Pergilah Kasih (1989), and Sendiri Lagi (1993). During this period Chrisye released his first music video, for the song "Pergilah Kasih" (1989); the video, directed by Jay Subyakto, was the first Indonesian song to be shown on MTV Southeast Asia. Beginning with AkustiChrisye in 1996, Chrisye's next several albums were arranged by Erwin Gutawa. The music video for the titular song of their next collaboration, Kala Cinta Menggoda (1997), won the MTV Video Music Award for South-East Asia on 10 September 1998. The two then collaborated on rerecording the Badai Pasti Berlalu soundtrack album, releasing their version with orchestral music and new duets. Two years later, the music video for "Setia" from Konser Tur 2001 stirred up controversy for its portrayal of a woman in skintight clothing, considered against Eastern values. Chrisye's final collaboration with Gutawa, Dekade, was a cover album which featured a song written exclusively for the album by Pongky of Jikustik. The singer's last studio album, Senyawa (2004), was a collaboration with other Indonesian artists, which Chrisye arranged. The first compilation album of Chrisye's works, Chrisye Terbaik, was released in 1987; this was followed by several more during the 1990s. Several more were released After the singer was diagnosed with lung cancer in 2005, including three in the year of his death. In 2008 a single that had been recorded secretly, "Lirih", was released. Its music video featured Ariel of Peterpan, Giring from Nidji, and Chrisye's widow Yanti. (en)
- Selama 40 tahun berkarier, penyanyi pop Indonesia Chrisye (1949–2007) meluncurkan 20 album studio, 2 atau album cover, 2 album soundtrack, 10 album kompilasi, sebuah , dan 56 singel. Ia juga merekam soundtrack untuk tiga film cerita, berakting dalam dua film, dan meluncurkan 26 video musik. Pada 2008, Rolling Stone Indonesia memasukkan lima album yang dibuat oleh Chrisye (Badai Pasti Berlalu [1977] pada nomor 1, Guruh Gipsy [1976] pada nomor 2, Sabda Alam [1978] pada nomor 51, Puspa Indah [1980] pada nomor 57, dan Resesi [1983] pada nomor 82) sebagai album Indonesia terbaik sepanjang masa. Setelah memulai karier musik profesional-nya sebagai seorang pemain gitar bass bersama band Sabda Nada (kemudian berganti nama menjadi Gipsy) pada akhir 1960an, Chrisye meluncurkan album pertama-nya, Guruh Gipsy, pada 1976; album indie yang merupakan kolaborasi antara Gipsy dan Guruh Sukarnoputra. dan yang dianggap sebagai singel pertama Chrisye sebagai seorang penyanyi, "Chopin Larung". Pada tahun-tahun berikutnya, ia merekam "Lilin-Lilin Kecil" untuk Lomba Cipta Lagu Remaja; sebuah singel, yang ditulis oleh James F. Sundah, menjadi . Pada 1977, ia merekam soundtrack untuk film sukses karya Teguh Karya yang berjudul Badai Pasti Berlalu bersama Berlian Hutauruk; album soundtrack pada film tersebut, diluncurkan beberapa bulan kemudian, dengan penjualan sebanyak sembilan juta salinan, membuatnya menjadi salah satu album Indonesia paling sukses sepanjang masa. Pada masa itu, ia juga meluncurkan karya yang tidak sukses berjudul Jurang Pemisah bersama Jockie Soerjoprajogo; Chrisye kemudian mendeskripsikan penjualannya sebagai "yang masih hangat-hangat tahi ayam." Kesuksesan Guruh Gipsy, "Lilin-Lilin Kecil", dan Badai Pasti Berlalu membuat Amin Widjaja dari Musica Studios untuk memanggil Chrisye; ia masuk dalam perusahaan tersebut untuk menjalani kariernya. Bersama Musicam ia meluncurkan album solo pertama-nya, Sabda Alam, yang terjual dengan baik. Album berikutnya, Percik Pesona (1979), yang mengalami kegagalan secara kritis dan komersial, membuat Chrisye berhenti berkarya bersama Jockie. Ia kemudian memulai karya pada Puspa Indah (1980), menggunakan sebagian besar lagu yang ditulis oleh Guruh. Untuk promosi, Chrisye menjadi pemain latar dalam film Puspa Indah Taman Hati (1979), sementara ia menyanyikan "Galih dan Ratna" dan "Gita Cinta". Karena Chrisye kecewa dengan satu-satunya peran akting utamanya dalam Seindah Rembulan (1980), dan album berikutnya yang gagal, Pantulan Cita (1981), ia mengambil dua tahun cuti panjang. Pada 1983, Chrisye menjadi inspirasi untuk kepulangan Eros Djarot dari Jerman, memulai perekaman album trilogi bersama Jockie dan Djarot. Setelah ketiganya bubar pada 1984, Chrisye – setelah meluncurkan album solo lainnya, Sendiri (1984) – membuat tiga album dengan penulis lagu muda Adjie Soetomo; album yang paling sukses adalah Aku Cinta Dia (1985) yang terjual sebanyak sejuta salinan. Kolaborasi ini diikuti dengan tiga album yang diaransemenkan oleh Younky Suwarno: Jumpa Pertama (1988), Pergilah Kasih (1989), dan Sendiri Lagi (1993). Pasa saat Chrisye meluncurkan video musik pertama-nya, lagu "Pergilah Kasih" (1989); video tersebut, yang disutradarai oleh Jay Subyakto, adalah lagu Indonesia pertama yang ditampilkan pada MTV Asia Tenggara. Diawali dengan AkustiChrisye pada 1996, beberapa album Chrisye berikutnya diaransemenkan oleh Erwin Gutawa. Video musik video untuk lagu tituler lagu kolaborasi mereka berikutnya, Kala Cinta Menggoda (1997), memenangkan Penghargaan Video Musik MTV untuk Asia Tenggara pada 10 September 1998. Keduanya kemudian berkolaborasi untuk merekam ulang album soundtrack Badai Pasti Berlalu, meluncurkan versi mereka dengan musik orkestra dan duet baru. Dua tahun kemudian, video musik "Setia" dari Konser Tur 2001 menuai kontroversi karena memperlihatkan wanita berpakaian kurang tertutup yang bertentangan dengan nilai-nilai Ketimuran. Kolaborasi terakhir Chrisye dengan Gutawa, Dekade, adalah album cover yang menampilkan sebuah lagu yang ditulis secara ekklusif untuk album karya Pongky Jikustik. Album studio terakhir penyanyi tersebut, Senyawa (2004), adalah kolaborasi dengan artis Indonesia lainnya, dengan diaransemenkan oleh Chrisye. Album kompilasi karya Chrisye yang pertama, Chrisye Terbaik, diluncurkan pada 1987; menyusul beberapa karyanya pada 1990an. Beberapa karyanya diluncurkan setelah penyanyi tersebut didiagnosa mengidap kanker paru-paru pada 2005, termasuk tiga lagu pada tahun kematiannya. Pada 2008, sebuah singel yang direkam secara rahasia, "Lirih", diluncurkan. Video musiknya menampilkan Ariel Peterpan, Giring Nidji, dan janda Chrisye, Yanti. (in)
|
| rdfs:comment
|
- During his 40-year career, the Indonesian pop singer Chrisye (1949–2007) released 20 studio albums, 2 tribute or cover albums, 2 soundtrack albums, 10 compilation albums, an indie album, and 56 singles. He also recorded the soundtrack to three feature films, acted in two, and released 26 music videos. In 2008 Rolling Stone Indonesia listed five albums to which Chrisye contributed (Badai Pasti Berlalu [1977] at 1, Guruh Gipsy [1976] at 2, Sabda Alam [1978] at 51, Puspa Indah [1980] at 57, and Resesi [1983] at 82) as among the best Indonesian albums of all time. (en)
- Selama 40 tahun berkarier, penyanyi pop Indonesia Chrisye (1949–2007) meluncurkan 20 album studio, 2 atau album cover, 2 album soundtrack, 10 album kompilasi, sebuah , dan 56 singel. Ia juga merekam soundtrack untuk tiga film cerita, berakting dalam dua film, dan meluncurkan 26 video musik. Pada 2008, Rolling Stone Indonesia memasukkan lima album yang dibuat oleh Chrisye (Badai Pasti Berlalu [1977] pada nomor 1, Guruh Gipsy [1976] pada nomor 2, Sabda Alam [1978] pada nomor 51, Puspa Indah [1980] pada nomor 57, dan Resesi [1983] pada nomor 82) sebagai album Indonesia terbaik sepanjang masa. (in)
|
