dbo:abstract
|
- People of the Philippines v. Santos, Ressa and Rappler (R-MNL-19-01141-CR), also known as the Maria Ressa cyberlibel case, is a high-profile criminal case in the Philippines, lodged against Maria Ressa, co-owner and CEO of Rappler Inc.. Accused of cyberlibel, Ressa was found guilty by a Manila Regional Trial Court on June 15, 2020. The case centered on an article published on Rappler by Reynaldo Santos Jr. which accused the former Chief Justice of the Supreme Court of the Philippines of accepting favors from Filipino-Chinese businessman Wilfredo Keng. Santos, Ressa, and others were charged with cyberlibel retrospectively, as the article was originally published four months before the Cybercrime Prevention Act came into effect. Rappler Inc., as a corporation, was not found liable; Santos, however, as author, was. Ressa, in her capacity of Rappler's chief executive officer, was also found liable. By the time Santos was charged, he was no longer working as a journalist for Rappler. The court ruled that Ressa "did not offer a scintilla of proof that they verified the imputations of various crimes in the disputed article ... [Rappler] just simply published them as news in their online publication in reckless disregard of whether they are false or not." The judgement also argued that Ressa had deliberately called herself an executive editor, rather than the editor-in-chief, in an attempt to avoid liability. Ressa, along with Santos Jr., appealed to the Court of Appeals after the conviction. However, the court upheld the decision, noting that the article is "defamatory or libelous per se"; a motion for reconsideration was denied by the appellate court, prompting Ressa to elevate the case to the Supreme Court for a judicial review. The ruling was criticized by several human rights groups and international organizations, with the United Nations High Commissioner of Human Rights describing the case as part of a "pattern of intimidation" against the Philippine press. (en)
- People of the Philippines v. Santos, Ressa and Rappler (R-MNL-19-01141-CR), dikenal juga sebagai kasus pencemaran nama baik Maria Ressa, adalah sebuah kasus pidana di Filipina yang melibatkan Maria Ressa, pemilik dan direktur utama Rappler, Inc. Ressa dituduh telah melanggar pasal pidana mengenai pencemaran nama baik di Internet dan divonis bersalah oleh Hakim Rainelda Estacio-Montesa di Pengadilan Wilayah Pertama (Cabang 46) Manila pada 15 Juni 2020.:36 Ia menjadi orang kedua di Filipina yang divonis bersalah melanggar pasal tersebut. Kasus ini dimulai oleh karena sebuah artikel yang diterbitkan di Rappler oleh Reynaldo Santos, Jr., yang menuduh mantan Ketua Mahkamah Agung Filipina menerima suap dari seorang pebisinis berkebangsaan Filipina-Tiongkok Wilfredo Keng. Santos, Ressa, dan beberapa orang lain ditetapkan sebagai tersangka secara berlaku surut, karena artikel Santos diterbitkan empat bulan sebelum pasal tersebut berkekuatan hukum tetap. Setelah vonis bersalahnya, Ressa mengumumkan bahwa ia akan mengajukan banding ke dan Mahkamah Agung bila diperlukan. Rappler Inc., sebagai sebuah perusahaan berbadan hukum, tidak divonis bersalah, namun Santos sebagai penulis artikel tersebut ikut divonis. Ressa, sebagai direktur utama Rappler, juga divonis bersalah. Pada saat ia ditetapkan sebagai tersangka, Santos tidak lagi bekerja sebagai seorang wartawan. Pengadilan menyatakan bahwa Ressa "tidak dapat membuktikan bahwa mereka (Rappler) dapat memverifikasi tuduhan dari berbagai macam tindak pidana yang diduga dalam artikel tersebut ... (Rappler) menerbitkan artikel tersebut di situs web mereka tanpa memedulikan apakah isi artikel tersebut benar atau salah.":34 Putusan tersebut juga menyatakan bahwa Ressa menyebut dirinya sebagai redaktur eksekutif (executive editor) alih-alih sebagai pemimpin redaksi (editor-in-chief) untuk mengelak dari pertanggungjawab pidana.:25 Putusan ini dikecam oleh berbagai kelompok pembela hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi. Komisioner Hak Asasi Manusia PBB menyebut putusan ini sebagai "bagian dari sebuah pola yang menekan pers di Filipina." (in)
|
rdfs:comment
|
- People of the Philippines v. Santos, Ressa and Rappler (R-MNL-19-01141-CR), also known as the Maria Ressa cyberlibel case, is a high-profile criminal case in the Philippines, lodged against Maria Ressa, co-owner and CEO of Rappler Inc.. Accused of cyberlibel, Ressa was found guilty by a Manila Regional Trial Court on June 15, 2020. The ruling was criticized by several human rights groups and international organizations, with the United Nations High Commissioner of Human Rights describing the case as part of a "pattern of intimidation" against the Philippine press. (en)
- People of the Philippines v. Santos, Ressa and Rappler (R-MNL-19-01141-CR), dikenal juga sebagai kasus pencemaran nama baik Maria Ressa, adalah sebuah kasus pidana di Filipina yang melibatkan Maria Ressa, pemilik dan direktur utama Rappler, Inc. Ressa dituduh telah melanggar pasal pidana mengenai pencemaran nama baik di Internet dan divonis bersalah oleh Hakim Rainelda Estacio-Montesa di Pengadilan Wilayah Pertama (Cabang 46) Manila pada 15 Juni 2020.:36 Ia menjadi orang kedua di Filipina yang divonis bersalah melanggar pasal tersebut. (in)
|