dbo:abstract
|
- الدالانغ أو الدالانج ( (بالجاوية: dhalang) ؛ الأندونيسية والماليزية : dalang ) هو محرك الدمى في أداء وايانغ إندونيسي . في أداء وايانغ كوليت، يجلس الدالانغ خلف حاجز ( كيلير ) مصنوع من القطن الأبيض مفرود على إطار خشبي. فوق رأسه، يتدلى من عوارض مثبتة في الجزء العلوي من الشاشة، المصباح ( blencong )، الذي يبرز الظلال على الشاشة. أمام دالانغ توجد منصة ( debog )، مصنوعة تقليديًا من جذع شجرة موز، حيث يمكن دفع قضبان التحكم الحادة للدمى لإبقائها في مكانها أثناء الأداء. يوجد على يساره صندوق الدمية ( kotak )، وإلى يمينه غطاء صندوق الدمية، حيث تجلس الدمى جاهزة للاستخدام. بالإضافة إلى تحريك الدمى والتحدث بخطوطها، فإن دالانج مسؤول أيضًا عن إعطاء إشارات إلى الغاميلان. يتم ذلك بشكل أساسي من خلال العزف على الكيباك، وهو عبارة عن لوحة معدنية أو مجموعة من الألواح التي يتم تشغيلها بقدمه، أو عن طريق النقر على صندوق العرائس ( الكوتاك ) بمطرقة خشبية مثبتة في اليد اليسرى. (ar)
- The dhalang or dalang (Javanese: dhalang; Indonesian: dalang) is the puppeteer in an Indonesian wayang performance. In a performance of wayang kulit, the dalang sits behind a screen (kelir) made of white cotton stretched on a wooden frame. Above his head, hanging from beams attached to the top of the screen, is the lamp (blencong), which projects the shadows onto the screen. In front of the dhalang is a stage (debog), traditionally made from the trunk of a banana tree, into which the sharpened control rods of the puppets can be pushed to keep them in position during the performance. To his left is the puppet chest (kotak), and to his right is the puppet chest's lid, on which the puppets sit ready for use. In addition to moving the puppets and speaking their lines, the dalang is also responsible for giving cues to the gamelan. This is done principally by playing the kepyak, a metal plate or set of plates played with his foot, or by rapping on the puppet chest (kotak) with a wooden mallet held in the left hand. The art of puppetry (pedhalangan) was traditionally handed down within families, and dalangs formed a type of informal caste within Javanese society. The women of these families traditionally were expert players of the gendér, an instrument which has a particularly important role in accompanying wayang performances. The sons of dalangs were often apprenticed out around the age of 13 to another dhalang. His role included helping to set up the screen ahead of a performance, performing the afternoon show before a main all-night wayang, and sometimes acting as an accompanying musician or as an assistant puppeteer. He would also frequently end up marrying his master's daughter, who would have been trained as a gendér player by her mother. The social aspects of the dalang caste are covered by Victoria Clara van Groenendael's book The Dalang Behind the Wayang (Dordrecht, 1985). Much of the traditional training of dhalangs was in the form of a practical apprenticeship, with a certain amount of spiritual training thrown in. This included meditation and a form of ascetic exercise known as , in which meditation is carried out naked at night while immersed up to the neck in water. Such practices are felt to be essential in building up the stamina to perform for nine hours at a stretch. A further ascetic element is that dhalangs never eat during the performance, although almost all drink sweet tea and many also smoke heavily. In recent times, however, schools teaching a standardized version of pedhalangan have been founded, such as the Habirandha school within the Kraton Yogyakarta. The Habirandha school published its own textbook, the Pedhalangan Ngayogyakarta, in 1976. Standardized pedhalangan is also taught at Indonesian state institutions such as the Indonesian Institute of the Arts, Yogyakarta. Pedhalangan falls into three main areas - musical, vocal and puppetry. The musical aspects include the direction and cueing of the gamelan and the singing of mood-setting songs (sulukan), the vocal includes the recitation of set texts at scene-openings (kandha) and the extemporisation of dialogue showing mastery of Javanese linguistic etiquette, while the puppetry itself involves a complex system of movements and positions. There is an extensive study of sabetan in English by Roger Long (see Further reading). (en)
- Dalang dalam dunia pewayangan diartikan sebagai seseorang yang mempunyai keahlian khusus memainkan boneka wayang. Keahlian ini biasanya diperoleh dari bakat turun-temurun dari leluhurnya. Seorang anak dalang akan bisa tanpa belajar secara formal. Ia akan mengikuti ayahnya selagi mendalang dengan membawakan peralatan, menata panggung, mengatur wayang, menjadi pengrawit, atau duduk di belakang ayahnya untuk membantu mempersiapkan wayang yang akan dimainkan. Selama mengikuti ayahnya "ndalang" dalam kurun waktu yang lama—dari kecil hingga remaja—inilah proses pembelajaran itu terjadi dengan sangat alami, dan rata-rata anak dalang akan bisa mendalang setelah besar nanti. Tetapi banyak juga seorang anak dalang tidak akan menjadi dalang di kelak kemudian hari, karena mempunyai pilihan hidup sendiri, misalnya berprofesi menjadi pegawai negeri, swasta, TNI, dan sebagainya. Tetapi fenomena itu tidak selamanya benar, dengan adanya sekolah-sekolah pedalangan baik setingkat SMU dan perguruan tinggi, seperti Jurusan Pedalangan Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta (STSI) misalnya (sekarang Institut Seni Indonesia Surakarta), mencetak sarjana pedalangan yang tidak hanya mumpuni memainkan wayang tetapi juga berwawasa luas dan berpikir kritis. Dalam perguruan tinggi inilah lahir pula dalang yang bukan dari seorang dalang, tetapi hanya seseorang yang mempunyai niat yang kuat untuk belajar dalang dan akhirnya bisa mendalang. Kata dalang ada yang mengartikan berasal dari kata , yang berarti juru penyembuh berbagai macam penyakit. Dalang dalam "jarwo dhosok" diartikan pula sebagai "" (membeberkan ilmu), memberikan pencerahan kepada para penontonya. Untuk itu seorang dalang harus mempunyai bekal keilmuan yang sangat banyak. Berbagai bidang ilmu tentunya harus dipelajari meski hanya sedikit, sehingga ketika dalam membangun isi dari cerita bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan nilai-nilai kekinian. Dalang adalah seorang sutradara, , seorang narator, seorang pemain karakter, penyusun , seorang "penyanyi", , penari dan lain sebagainya. Kesimpulannya dalang adalah seseorang yang mempunyai kemampuan ganda, dan juga seorang manajer, paling tidak seorang pemimpin dalam pertunjukan bagi para anggotanya (pesinden dan pengrawit). Untuk forum komunikasi demi memelihara dan mengembangkan mutu dalang dibentuk Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI). (in)
- Дала́нг (малайск. и индон. dalang, яв. dhalang) — кукловод в ваянге, находящийся за экраном. Манипулирует куклами, произносит диалоги, поясняет ход событий, руководит музыкантами. Кукловод, режиссёр и актёр в одном лице. Выполняет зачастую также функции певца и сочинителя сюжета. Принадлеит к наиболее образованной и уважаемой части общества, хранитель традиционной культуры, нередко выполняет функции священнослужителя. . Вот как пишет о кукловоде малайзийский поэт в стихотворении «Даланг»: Занавес закрыт. Равана убит. Нет больше войны и крови, Нет больше грома и молний. Небо опять спокойно. И в который раз Рама и СитаОтправляются почивать — Коробка даланга закрыта. Теперь и даланг Может сладко поспать, Голову склонив На ствол банана. (Пер. Виктора Погадаева.) — (ru)
|
rdfs:comment
|
- الدالانغ أو الدالانج ( (بالجاوية: dhalang) ؛ الأندونيسية والماليزية : dalang ) هو محرك الدمى في أداء وايانغ إندونيسي . في أداء وايانغ كوليت، يجلس الدالانغ خلف حاجز ( كيلير ) مصنوع من القطن الأبيض مفرود على إطار خشبي. فوق رأسه، يتدلى من عوارض مثبتة في الجزء العلوي من الشاشة، المصباح ( blencong )، الذي يبرز الظلال على الشاشة. أمام دالانغ توجد منصة ( debog )، مصنوعة تقليديًا من جذع شجرة موز، حيث يمكن دفع قضبان التحكم الحادة للدمى لإبقائها في مكانها أثناء الأداء. يوجد على يساره صندوق الدمية ( kotak )، وإلى يمينه غطاء صندوق الدمية، حيث تجلس الدمى جاهزة للاستخدام. (ar)
- The dhalang or dalang (Javanese: dhalang; Indonesian: dalang) is the puppeteer in an Indonesian wayang performance. In a performance of wayang kulit, the dalang sits behind a screen (kelir) made of white cotton stretched on a wooden frame. Above his head, hanging from beams attached to the top of the screen, is the lamp (blencong), which projects the shadows onto the screen. In front of the dhalang is a stage (debog), traditionally made from the trunk of a banana tree, into which the sharpened control rods of the puppets can be pushed to keep them in position during the performance. To his left is the puppet chest (kotak), and to his right is the puppet chest's lid, on which the puppets sit ready for use. (en)
- Dalang dalam dunia pewayangan diartikan sebagai seseorang yang mempunyai keahlian khusus memainkan boneka wayang. Keahlian ini biasanya diperoleh dari bakat turun-temurun dari leluhurnya. Seorang anak dalang akan bisa tanpa belajar secara formal. Ia akan mengikuti ayahnya selagi mendalang dengan membawakan peralatan, menata panggung, mengatur wayang, menjadi pengrawit, atau duduk di belakang ayahnya untuk membantu mempersiapkan wayang yang akan dimainkan. Untuk forum komunikasi demi memelihara dan mengembangkan mutu dalang dibentuk Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI). (in)
- Дала́нг (малайск. и индон. dalang, яв. dhalang) — кукловод в ваянге, находящийся за экраном. Манипулирует куклами, произносит диалоги, поясняет ход событий, руководит музыкантами. Кукловод, режиссёр и актёр в одном лице. Выполняет зачастую также функции певца и сочинителя сюжета. Принадлеит к наиболее образованной и уважаемой части общества, хранитель традиционной культуры, нередко выполняет функции священнослужителя. . Вот как пишет о кукловоде малайзийский поэт в стихотворении «Даланг»: На ствол банана. (Пер. Виктора Погадаева.) — (ru)
|