| dbo:abstract
|
- Arnold Ap (born July 1, 1946, in Numfor Island, Netherlands New Guinea – died April 26, 1984, in Jayapura, Irian Jaya, Indonesia) was a West Papuan cultural leader, anthropologist and musician. Arnold was the leader of the group Mambesak, and curator of the Cenderawasih University Museum. He also broadcast Papuan culture on his weekly radio show. He was educated at mission schools on Biak Island, where his father was a school teacher. He studied geography at the Teacher Training School of Cenderawasih University in Abepura from 1967 to 1973. As a student, he organized a demonstration against the Act of Free Choice of 1969. He was sent to prison at Ifar Gunung. After his release, he began collecting traditional Papuan songs. After graduating, he became curator at the university's museum. In 1974, he was married to Corry Bukorpioper, a nurse. In 1978, he formed the music group Mambesak. He performed in 1980 in Jakarta at the Cultural Festival with the Asmat Totem Pole Dance. He had a popular radio program Pelangi Budaya Irian Jaya (The Rainbow of Irian Jaya Culture) on RRI Jayapura, with Papuan songs, stories, poems and interviews.His prominent study and performance of Papuan culture and music was seen by many as a challenge to the efforts of the Indonesian government against Papuan nationalism and identity. At the time of Ap's death, strong attempts by the New Order government were being made to unify Indonesian peoples under a more Javanese culture. In November 1983, he was arrested by the Indonesian military special forces Kopassus and imprisoned and tortured for suspected sympathies with the Free Papua Movement, although no charges were laid. In April 1984, he was killed by a gunshot to his back. Official accounts claim he was trying to escape. Many supporters believe Ap was executed by Kopassus. Another musician, Eddie Mofu, was also killed. Arnold Ap and Mambesak are still popular in West Papua region, and their works are seen as symbols of Papuan identity. Since the 1990s, however, the Indonesian government has cautiously allowed safe expressions of indigenous cultural forms. According to Danilyn Rutherford, Associate Professor of Anthropology, University of Chicago, as of 2002 access to limited cultural expressivity facilitates images of tolerance and "unity in diversity," the official national motto. (en)
- Arnold Ap (1 Juli 1945 – 26 April 1984) adalah budayawan, antropolog, dan musisi Papua Barat. Arnold merupakan ketua grup Mambesak dan kurator Museum Universitas Cenderawasih. Ia juga memperkenalkan budaya Papua dalam acara radio mingguan yang diasuhnya. Studi dan pementasan budaya dan musik Papua oleh Ap dipandang oleh banyak pihak sebagai tantangan terhadap upaya pemerintah Indonesia yang menggerus nasionalisme dan identitas Papua. Pada waktu kematian Ap, pemerintah sedang berusaha keras menyatukan rakyat Indonesia di bawah pengaruh budaya Jawa. Pada bulan November 1983, ia ditangkap oleh pasukan khusus militer Indonesia, Kopassus, lalu dipenjara dan disiksa atas dugaan menjadi simpatisan Organisasi Papua Merdeka meski pada akhirnya tidak ada tuduhan yang ditetapkan. Pada April 1984, ia tewas akibat tembakan senjata api di punggungnya. Kesaksian resmi mengklaim ia berusaha kabur dari penjara. Banyak pendukungnya percaya bahwa Ap dieksekusi oleh Kopassus. Musisi lain bernama Eddie Mofu juga tewas. Musik masih menjadi sumber utama pemberontakan budaya di Papua Barat. Arnold Ap dan Mambesak masih populer di Papua Barat. Karya-karya mereka dipandang sebagai simbol identitas Papua. Sejak 1990-an, pemerintah Indonesia secara berhati-hati mulai mengizinkan ekspresi budaya pribumi Papua. Menurut Danilyn Rutherford, Profesor Pembantu Antropologi Universitas Chicago, terbukanya akses ekspresi budaya merupakan bukti toleransi dan bhinneka tunggal ika, motto nasional Indonesia. (in)
- Arnold Ap (1 juli 1946 op het eiland Numfor – 26 april 1984 in Jayapura) was een West-Papoeaas vrijheidsstrijder, antropoloog, musicus en cultureel leider. Hij was de frontman van de muziekgroep Mambesak en curator bij het Museum van Universiteit Cenderawasih. Ook had hij een eigen wekelijkse radioshow, die gewijd was aan Papoea-cultuur. (nl)
- Arnold Clements Ap (ur. 1 czerwca 1946 na wyspie Numfoor, zm. 26 kwietnia 1984 w Jayapurze) – papuaski aktywista, działacz na rzecz niepodległości Papui Zachodniej, antropolog i muzyk. Był liderem grupy Mambesak oraz kuratorem Muzeum Uniwersytetu Cenderawasih. Popularyzował kulturę papuaską za pośrednictwem cotygodniowej audycji radiowej. (pl)
|
| rdfs:comment
|
- Arnold Ap (1 juli 1946 op het eiland Numfor – 26 april 1984 in Jayapura) was een West-Papoeaas vrijheidsstrijder, antropoloog, musicus en cultureel leider. Hij was de frontman van de muziekgroep Mambesak en curator bij het Museum van Universiteit Cenderawasih. Ook had hij een eigen wekelijkse radioshow, die gewijd was aan Papoea-cultuur. (nl)
- Arnold Clements Ap (ur. 1 czerwca 1946 na wyspie Numfoor, zm. 26 kwietnia 1984 w Jayapurze) – papuaski aktywista, działacz na rzecz niepodległości Papui Zachodniej, antropolog i muzyk. Był liderem grupy Mambesak oraz kuratorem Muzeum Uniwersytetu Cenderawasih. Popularyzował kulturę papuaską za pośrednictwem cotygodniowej audycji radiowej. (pl)
- Arnold Ap (born July 1, 1946, in Numfor Island, Netherlands New Guinea – died April 26, 1984, in Jayapura, Irian Jaya, Indonesia) was a West Papuan cultural leader, anthropologist and musician. Arnold was the leader of the group Mambesak, and curator of the Cenderawasih University Museum. He also broadcast Papuan culture on his weekly radio show. He was educated at mission schools on Biak Island, where his father was a school teacher. He studied geography at the Teacher Training School of Cenderawasih University in Abepura from 1967 to 1973. (en)
- Arnold Ap (1 Juli 1945 – 26 April 1984) adalah budayawan, antropolog, dan musisi Papua Barat. Arnold merupakan ketua grup Mambesak dan kurator Museum Universitas Cenderawasih. Ia juga memperkenalkan budaya Papua dalam acara radio mingguan yang diasuhnya. Studi dan pementasan budaya dan musik Papua oleh Ap dipandang oleh banyak pihak sebagai tantangan terhadap upaya pemerintah Indonesia yang menggerus nasionalisme dan identitas Papua. Pada waktu kematian Ap, pemerintah sedang berusaha keras menyatukan rakyat Indonesia di bawah pengaruh budaya Jawa. (in)
|
